BRAND
BUILDING
Brand Building dapat diartikan sebagai usaha untuk menjalin ikatan emosional
antara konsumen dan perusahaan yang memproduksinya.
Membangun brand seperti apa dan bagaimana ke dalam pasar menjadi sangat penting
karena menyangkut beberapa hal sebagai berikut :
1. Emosi konsumen yang terkadang turun naik terhadap brand
2. Brand yang kuat akan mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Ia mampu
diterima seluruh budaya didunia
3. Kemampuan suatu brand untuk berinterkasi dengan konsumennya. Semakin kuat
suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak
brand association (asosiasi merek) yang terbentuk memiliki kualitas dan
kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan brand image (citra merek)
4. Dapat. mempengaruhi perilaku konsumen
5. Sebagai pembeda dengan produk lain yang dapat memudah konsumen dalam memilih
produk sejenis
6. Merupakan aset perusahaan
Brand yang baik akan senantiasa menjalankan fungsinya dengan baik pulan. Lalu
bagaimana dengan fungsi brand itu sendiri ketika sudah memasuki pasar dan
bertemu dengan konsumennya.
Fungsi dari Brand untuk konsumen menurut (Kapferer 1977) adalah sebagai berikut
:
1. Identification
To be clearly seen, to make sense of the offer, to quickly identify the
sought-after products.
2. Practically
To allow savings of time and energy through identical repurchasing and loyalty.
3. Guarantee
To be sure of finding the same quality no matter where or when you buy the
product or service.
4. Optimization
To be sure of buying the best product in its category, the best performer for a
particular purpose.
5. Characterization
To have confirmation of your self-image or the image that you present to
others.
6. Continuity
Satisfaction brought about through familiarity and intimacy with the brand that
you have been consuming for years.
7. Hedonistic
Satisfaction linked to the attractiveness of the brand, to its logo, to its
communication.
8. Ethical
Satisfaction linked to the responsible behavior of the brand in its
relationship towards society.
BRAND EQUITY
Brand Equity, yang jika diIndonesiakaan berarti Ekuitas Merek, atau istilah
umumnya adalah Aset sebuah Merek.
Brand Equity dapat diperoleh setelah identitas Brand anda sudah jelas, Brand
sudah memasuki pasar dan konsumen, dan kelangsungan Brand tersebut sangat
bergantung kepada konsumen. Ingatlah brand dengan identitas yang kuat akan
mampu bertahan dalam pasar dan dapat banyak membantu dalam startegi pemasaran.
Berikut beberapa pengertian dari Brand Equity :
1. Susanto dan Wijanarko (2004)
Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan
dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai
yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan (p.
127).
2. East (1997)
“Brand equity or brand strength is the control on purchase exerted by a brand,
and, by virtue of this, the brand as an asset that can be exploited to produce
revenue” (p. 29).
Artinya ekuitas merek atau kekuatan merek adalah kontrol dari pembelian dengan
menggunakan merek, dan, kebaikan dari merek, merek sebagai aset yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan.
3. Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is the positive differential
effect that knowing the brand name has on customer response to the product or
service” (p. 292).
Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat
diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa.
Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau
mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon
konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual.
Brand Equity merupakan jenis pendekatan dalam marketting dimana perusahaan
menganggap bahwa Merek merupakan aset terpenting yang akan sangat berpengaruh
terhadapat profit. Hal ini pun djuga disetujui oleh beberapa riset marketing
yang menyatakan bahwa “Brands are the most valuable assets of a company has”.
Seberapa besar pengetahuan konsumen mengenai logo Brand dan elemen visual
lainnya, dan ketetapan persepsi baik dari konsumen hingga terjalin kontinuitas
terhadap Brand itu, bergantung kepada seberapa kuat merek tersebut.
Menurut Soehadi (2005), kekuatan suatu merek (brand equity) dapat diukur
berdasarkan 7 indikator, yaitu:
1. Leadership: kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga maupun atribut
non-harga.
2. Stability: kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
3. Market: kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja toko atau distributor.
4. Internationality: kemampuan merek untuk keluar dari area geografisnya atau
masuk ke negara atau daerah lain.
5. Trend: merek menjadi semakin penting dalam industri.
6. Support: besarnya dana yang dikeluarkan untuk mengkomunikasikan merek.
7. Protection: merek tersebut mempunyai legalitas (p. 147).
Ketujuh indikator diatas harus bersinergi dengan baik untuk menghasilkan merek
yang kuat. Untuk meraih tujuh tersebut anda harus mengatur strategi yang
pandai, mengawalinya dengan salah satu indikator, lalu seiring berjalannya
pembangunan, anda harus terus berusaha memenuhi indikator-indikator diatas.
Penting pula untuk menjalin hubungan baik dengan konsumen dan menjadikannya
penting.
Jelas untuk meraih brand equity kita perlu mengetahui apa saja kategorinya.
Lantas apa saja yang termasuk dari kategori Brand Equity.
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) yang mengadaptasi teori Aaker, brand
equity dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori:
1. BRAND
AWARENESS
Beberapa pengertian brand awareness adalah sebagai berikut:
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek
tertentu.
Menurut East (1997), “Brand awareness is the recognition and
recall of a brand and its
differentiation from other brands in the field” (p. 29).
Jadi brand awareness adalah kesadaran kepada konsumen dan calon konsumen untuk
dapat mengenali atau meningat kembali suatu merek dengan perbedaaannya terhadap
merek lain yang sejenis.
4 tingkatan brand awareness yaitu:
1. Unaware of brand (tidak menyadari merek)
Tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak
menyadari akan adanya suatu merek.
2. Brand recognition (pengenalan merek)
Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli
memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.
3. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)
Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk
menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.
Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda
dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek
tersebut.
4. Top of mind (puncak pikiran)
Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan
orang tersebut dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak
disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek
tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak
konsumen.
Ada 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh konsumen
aware terhadap sebuah brand antara lain:
1. Recall yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa
saja yang diingat.
2. Recognition yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut
termasuk dalam kategori tertentu.
3. Purchase yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam
alternatif pilihan ketika akan membeli produk/layanan.
4. Consumption yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika
sedang menggunakan produk/layanan pesaing.
2. PERCEIVED QUALITY
Perceived Quality atau Persepsi Kualitas memiliki beberapa pengertian dalam
mendefinisikannya. Munurut A. Aaker dalam Durianto, et. al (2004b, p.15)
persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas
atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang
diharapkannya. Dijelaskan oleh (Keller, 2003) perceived quality adalah sebuah
penilaian global berdasarkan persepsi pelanggan atas apa inti dari kualitas
produk dan seberapa baiknya penilaian terhadap merek. Akan lebih sulit untuk
mencapai level satification dari Perceived quality bila perusahaan melakukan
perbaikan dan penambahan fitur-fitur baru pada produk secara terus menerus
karena hal itu membuat ekspetasi pelanggan akan naik terhadap kualitas produk.
Kemudian, menurut Simamora (2004, p. 114) perceived quality merupakan bagian
dari persepsi yang menyoroti kualitas secara khusus. Tentunya, kualitas
berdasarkan
persepsi konsumen (perceived quality). Yang terpenting adalalah persepsi dimata
konsumen.
Maka dapat dilihat perceived quality merupakan persepsi konsumen akan kualitas
produk lewat keseluruhan kualitas atau keuntungan yang ada pada produk merek
tertentu.
3. BRAND ASSOCIATION
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi
ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterikatan
pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau
penampakan untuk mengkomunikasikannya.
Menurut Rangkuti (2004, p.243-244) asosiasi merek adalah segala hal yang
berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi ini merupakan atribut
yang ada di dalam merek itu dan memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan
pada suatu merek akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman
yang berhubungan dengan merek tersebut. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen
dapat dirangkai sehingga membentuk kesan terhadap merek (brand image).
Brand Association juga memiliki pendapat dari Durianto et al (2004a, p.69)
Brand Association atau asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak
seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Suatu merek yang
telah kuat akan memiliki posisi yang menonjol dalam persaingan bila didukung
oleh berbagai asosoasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling
berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin
banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat
brand image yang dimiliki oleh merek tersebut. Konsumen yang terbiasa
menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image
atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).
Maka dapat dilihat bahwa Brand Association adalah segala hal dan kesan yang
dapat
ingat konsumen sebagai pencitraan akan merek lewat artribut yang ada di dalam
merek itu
sendiri.
Fungsi Brand Association
Menurut Durianto, et al (2004a, p.69-70) terdapat beberapa fungsi asosiasi
merek
seperti sebagai berikut:
1. Help process or retrieve information (membantu proses penyusunan informasi)
Asosiasi – asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta
dan spesifik yang mungkin sulit diproses dan diakses oleh pelanggannya dan
dapat menjadi mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Sebuah
asosiasi dapat menciptakan informasi bagi pelanggan yang memberikan suatu
citra untuk menghadapinya.
2. Differentiate (diferensiasi atau posisi)
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya
pembedaan suatu merek dari merek lain.
3. Reason to buy (alasan untuk membeli)
Brand association membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat
bagi konsumen (consumer benefit) yang dapat memberikan alasan spesifik
bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut.
4. Create positive attitude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif)
Berbagai asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang
pada gilirannya ke merek yang bersangkutan. Asosiasi–asosiasi tersebut
dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman sebelumnya
serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi suatu yang lain daripada yang
lain.
5. Basis for extensions (landasan untuk perluasan).
Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan
dengan menciptakan rasa kesesuaian (sence of fit) antara merek dan sebuah
produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk
perluasan tersebut.
Tipe-Tipe Brand Association
Durianto, et al (2004a, p.70-72), ada beberapa tipe asosiasi yang dapat
digunakan sebagai landasan dalam menentukan brand association yang bisa
membentuk citra merek (brand image) suatu merek. Beberapa tipe asosiasi yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Product attributes (atribut produk),
Mengasosiaskian atribut atau karakteristik suatu produk merupakan
strategi positioning yang sering digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam
ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara
langsung dterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek. Misalnya: apa
yang
tercermin dalam kata mobil Mercedes pasti berbeda dari kata yang
tercermin dalam kata mobil Suzuki.
2. Intangibles atributes (atribut tak berwujud)
Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya
persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan
serangkaian atribut yang objektif.
3. Customers benefit (manfaat bagi pelanggan)
Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi
pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Contoh : mobil
mercedes sangat nyaman dan aman dikendarai (suatu karakteristik produk)
dan memberikan kepuasan mengemudi pada pelanggan (suatu manfaat
pelanggan). Manfaat pelanggan dapat dibagi dua yaitu: rational benefit
(manfaat rasional) dan psychological benefit (manfaat psikologis). Manfaat
rasional berkaitan dengan atribut dari produk yang dapat menjadi bagian
dari proses pengambilan keputusan yang rasional. Manfaat psikologis sering
kali merupakan konsekuensi
ekstrim dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan
yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut. Misalnya
dalam merek produk Intel Inside terdapat manfaat prosesor komputer yang
cepat.
4. Relative price (harga relatif)
Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali
dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat
harga.
5. Application (penggunaan)
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan
suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.
6. User/customer ( pengguna/pelanggan)
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan
sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. Misalnya:
Dimension Kiddies dikaitkan dengan pemakainya adalah anak-anak.
7. Celebrity/person (orang terkenal/khalayak)
Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat
mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek
tersebut.
8. Life style or personality( gaya hidup atau kepribadian)
Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh
asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan
karakteristik gaya hidup yang hampir sama.
9. Product class (kelas produk)
Mengasosiasikan dengan sebuah merek menurut kelas produknya.
10. Competitor (para pesaing)
Mengetahui pesaing dan berusah untuk menyamai atau bahkan mengungguli
pesaing.
11. Country and geographic area (negara dan wilayah geografis)
Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan
yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Contoh: Perancis
dieksploitasikan dengan mengaitkan merek pada sebuah negara. Contoh lain:
mercedes mencerminkan budaya Jerman yang berkualitas tinggi, konsisten
tinggi dan keseriusan tinggi. Disamping beberapa acuan yang telah
disebutkan, beberapa merek juga memiliki asosiasi dengan beberapa hal lain
yang belum disebut di atas. Dalam kenyataannya, tidak semua merek produk
memiliki semua asosiasi di atas. Merek tertentu berasosiasi
dengan beberapa hal di atas dan merek lainnya berasosiasi dengan beberapa
hal lain.
Atribut-Atribut Brand Association
Menurut A. Aaker dalam Durianto (2004, p.9-15) menyatakan bahwa
atribut-atribut dari brand association adalah sebagai berikut:
1. Perceived value (Nilai yang dirasakan pelanggan)
Salah satu peranan brand identity adalah membentuk value proposition
yang biasanya melibatkan manfaat fungsional yang merupakan dasar bagi
merek dalam hampir semua kelas produk. Jika merek tidak menghasilkan
value, biasanya mudah diserang oleh pesaing. Ukuran nilai menghasilkan
indikator tentang sukses suatu merek dalam menciptakan value preposition.
Dengan berfokus pada nilai lebih manfaat fungsional, suatu pengukuran dapat diaplikasikan
pada berbagai kelas produk. Brand value dapat diukur dengan memperhatikan
suatu merek membuktikan bahwa nilainya sesuai dengan uang yang dikeluarkan
konsumen, apakah ada alasan untuk memilih merek ini dibandingkan merek lain.
Terdapat lima penggerak utama pembentukan perceived value yang terkait
erat dengan kepuasan pelanggan yaitu:
a. Dimensi kualitas produk
Kualitas produk merupakan kepuasan pelanggan yang pertama. Ada beberapa
dimensi untuk mengukur kualtias produk antara lain: performance, features,
reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics dan
fitand finish.
b. Dimensi harga
Bagi pelanggan yang sensitif biasanya harga yang terjangkau adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang
tinggi dan sebaliknya. Pada setiap kelas produk terdapat
tingkatan harga yang bervariasi dan seringkali hal ini
mempersulit perusahaan untuk memposisikan merek produknya untuk
ditempatkan pada kategori atau tingkatan harga yang tepat.
c. Dimensi kualitas layanan
Kualitas layanan sangat tergantung pada tiga hal yaitu: sistem,
teknologi dan manusia. Faktor manusia memegang konstribusi terbesar
sehingga kualitas layanan relatif lebih sulit ditiru dibandingkan kualitas
produk dan harga.
d. Dimensi emosional
Dimensi emosional terdiri atas: aesthetic, brand personality,
self expresive value.
e. Dimensi kemudahan
Dimensi kemudahan merupakan yang kelima. Pelanggan akan semakin puas
apabila mereka merasa relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam menggunakan
produk.
2. Brand Personality ( Kepribadian merek)
Kepribadian (personality) menghubungkan ikatan emosi merek tersebut dengan
manfaat merek tersebut itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi merek
dan customer relationship. Pendekatan yang umum dilakukan untuk mengasosiasikan
kepribadian sebuah merek adalah berdasarkan pada :
a. Tipe pengguna atau pelanggan produk tersebut
Rokok marlboro misalnya, yang dalam iklannya diperlihatkan seorang cowboy
yang sangat lihai menjinakkan kuda, macho, berani, kuat dan seolah-olah
mengindikasi bahwa orang yang mengkonsumsi rokoknya adalah laki-laki
sejati.
b. Demografi
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan demografi, misalnya usia, jenis
kelamin, sosial ekonomi dan ras.
c. Gaya hidup
Meliputi hal-hal menyangkut aktifitas, kegemaran, pendapat,
pandangan hidup, dan lain-lain.
d. Ciri pembawaan kepribadian seseorang
Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian atau sifat
yang dimiliki seseorang misalnya tertutup, ketergantungan, agreeableness.
e. Iklan
Iklan dapat digunakan sebagai media untuk membentuk kepribadian merek.
Iklan yang baik adalah yang mudah dipahami dan menarik untuk disimak,
sehingga dapat melekat dalam benak konsumen.
f. Tagline (slogan)
Tagline juga dapat membentuk kerpibadian suatu merek. Tagline harus dibuat
seunik mungkin mudah dipahami dan juga mudah diucapkan sehingga mudah
diingat dan melekar dibenak konsumen.
3. Organization Association (Asosiasi Organisasi)
Asosisasi organisasi akan menjadi faktor penting jika merek yang kita
miliki serupa dalam atribut dengan merek lainnya, atau jika organisasi
merupakan hal yang penting untuk dilihat (seperti dalam bisnis barang yang
tahan lama atau dalam bisnis jasa), atau jika memang corporate brand
terlibat. Unsur-unsur dari asosiasi organisasi adalah sebagai berikut:
a. Orientasi pada masyarakat/komunitas
Asosiasi organisasi sangat diperlukan dalam mengembangkan asosiasi yang
berorientasi pada komunitas dan tentu saja mempertinggi loyalitas konsumen
walaupun sangat sulit untuk menyatakan besaran loyalitas itu. Program
peduli lingkungan adalah cara lain untuk menjadi perusahaan yang baik,
seperti penggunaan kemasan atau komposisi yang dapat didaur ulang sehingga
ramah lingkungan.
b. Persepsi kualitas
Hampir selalu menjadi pertimbangan pada setiap pilihan konsumen. Kualitas
dapat dikomunikasikan secara langsung dengan demonstrasi atau argumen
bahwa sebuah atribut produk lebih unggul dibanding dengan yang dimiliki
pesaing. Banyak perusahaan berkomitmen pada kualitas atau ingin menjadi
yang terbaik.
c. Inovasi
Dimana inovasi bisa menjadi asosiasi merek kunci bagi perusahaan. Inovasi
juga merupakan hal penting bagi perusahaan terutama persaingan di dalam
kelas produk dimana teknologi dan inovasi menjadi penting bagi konsumen.
d. Perhatian pada pelanggan
Banyak perusahaan selalu menempatkan konsumen pada tempat pertama sebagai
nilai inti.
e. Keberadaan dan keberhasilan
Berbisnis dengan organisasi yang mempunyai sumber daya yang mendukung
produk dan sejarah penting dalam berbisnis dapat memberikan rasa aman.
f. Lokal vs Global
Satu pilihan strategi diferensiasi adalah membuat satu merek dipersepsikan
sebagai merek lokal dari perusahaan lokal. Mejadi lokal terutama efektif
bila program pemasaran pesaing global tidak peka atau
tidak sejalan dengan selera lokal.
4. BRAND LOYALTY
Merupakan ukuran kesetiaan seorang pelanggan pada sebuah merek. Loyalitas
memiliki tingkatan sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama
sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian,
merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, jenis
konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen
switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam
melakukan pembelian).
2. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang digunakan,
atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi
ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama
apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli
tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).
3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun memikul biaya peralihan (switching
cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk
melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut dengan
konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila melakukan
penggantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.
4. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.
Pilihan konsumen terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti
simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang
tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek, karena terdapat
perasaan emosional dalam menyukai merek.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Para pelanggan mempunyai
suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek. Merek
tersebut sangat penting bagi pelanggan baik dari segi fungsinya, maupun sebagai
ekspresi mengenai siapa pelanggan sebenarnya(commited buyers).
5. OTHER PROPRIETARY BRAND ASSETS
Adalah hal-hal lain yang tidak termasuk dalam 4 kategori diatas tetapi turut
membangun brand equity (pp. 127-134).
Menurut Durianto, et al (2004b, p.6), brand equity dapat mempengaruhi rasa
percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar
pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan asosiasi dengan berbagai
karakteristik merek.
Disamping memberi nilai bagi konsumen, brand equity juga memberikan nilai
kepada perusahaan dalam bentuk:
1. Brand equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat
konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama.
2. Empat dimensi utama brand equity dapat mempengaruhi alasan pembelian
konsumen, setidaknya dapat mengurangi keinginan atau rangsangan konsumen
untuk mecoba merek-merek lain.
3. Brand loyalty yang telah diperkuat merupakan hal terpenting dalam merespon
inovasi yang dilakukan pesaing.
4. Brand association juga sangat penting sebagai dasar dari strategi
positioning maupun strategi peluasan produk.
5. Brand equity yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang lebih
tinggi dengan menerapkan premium price (harga premium), dan mengurangi
ketergantungan dari promosi sehingga dapat diperoleh laba yang tinggi.
6. Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan
perluasan suatu merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis yang
terkait, yang biayanya akan jauh lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek yang
memiliki brand equity tersebut.
7. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu menciptakan
loyalitas saluran distribusi.
8. Aset-aset brand equity lainnya dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi
perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang tidak memiliki pesaing. Contoh:
hak cipta, hak paten, merek dagang, dll. Merek-merek lain yang menunjang merek
utama.
BRAND EXTENSION
Brand
extension adalah strategi yang paling popular saat ini untuk memperkenalkan
produk baru dalam kategori produk yang berbeda dengan menggunakan merek induk
yang telah terlebih dahulu memasuki pasar untuk mendongkrak penjualan dengan
menggunakan ketenaran merek induk. Alasan penggunaan konsep ini dalam
peluncuran produk baru jelas mengharapkan merek yang sudah terkenal dapat
mendorong penjualan, sehingga consumer tidak merasa asing lagi dengan produk
yang baru ditawarkan tersebut. Sebagai contoh kasus yang dilakukan PT. Unilever
terhadap produk sabun mandi Lifebouy dengan meluncurkan produk baru dengan
merek yang sama untuk kategori sampo dipenghujung tahun 2001. Pemakaian brand
extension “Lifebuoy” untuk sampo, merupakan jalan pintas untuk menembus pasar
sampo yang lebih dulu dimasuki Rejoice, Pantene dan Head & Shoulders
(Procter and Gamble, competitor Unilever) serta bersaing dengan produk Unilever
sendiri seperti Sunslik dan Clear.
Salah
satu keuntungan yang menarik dari brand extension adalah biaya yang
lebih murah dalam membangun merek extension. Adalah suatu fakta bahwa
membangun merek yang sama sekali baru bukanlah kegiatan dengan biaya yang
murah. Mengkapitalisasi kekuatan merek yang saat ini dimiliki adalah jauh lebih
murah dibandingkan dengan membangun merek baru.
Berdasarkan
beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Aaker (1996), Keller (2000) dan
Hem Lief (2001), menyebutkan bahwa factor yang menjadi tantangan dari ekuitas
merek adalah membandingkan kategori produk baru dengan produk lama (parent
brand). Artinya semakin besar kesesuaian persepsi antara merek awal dengan
brand extension, maka akan semakin besar pengaruh yang ditimbulkan oleh merek
awal terhadap merek perluasannya. Dengan demikian, perusahaan yang ingin
memindahkan nama merek, harus meneliti seberapa baikkah asosiasi merek sesuai
dengan produk baru. Hasil yang terbaik akan terlihat apabila nama merek
menciptakan penjualan dari produk baru dan produk yang ada. Suatu hasil dapat
diterima apabila produk baru terjual dengan baik tanpa mempengaruhi penjualan
dari produk yang ada dan hasil yang terburuk adalah dimana produk baru gagal
dan mencederai penjualan yang sudah ada.
Merek produk perluasan
merek dapat lebih banyak dan beragam, kemungkinan untuk pilihan konsumen.
Perluasan merek, dari perspektif tertentu pada segmentasi pasar adalah untuk
memenuhi kebutuhan target pelanggan yang berbeda. Produk untuk konsumen, maka
kategori, kaya yang lebih lengkap, pilihan yang lebih besar, saat memberikan
konsumen kemudahan yang lebih besar.Sumber :
- http://tugasmarkom.blogspot.com/2013/03/brand-building-brand-equity-komunikasi.html
- http://utekbodol.blogspot.com/2011/03/pemakaian-brand-extension-lifebuoy.html
- http://ilmumarketingdesain.blogspot.com/2012/10/brand-awarenessequitybuilding.html